Sabtu, 27 Desember 2014

AIR MATA IBU



Jika air mata ini mengalir di pipinya yang keriput,
yakinlah bumi akan ikut mencurahkan tetesan hujan
membasahi tanah-tanah coklat yang kering.
Mungkin jiwamu pun telah kosong,
sampai membuatnya bersedih,
tak ingatkah kau, dia telah mempertaruhkan nyawanya untukmu.
Betapa tangan kuatnya telah mengajarmu berdiri, berjalan dan mengantarmu
menjadi sebuah sosok manusia.
Jadi sampai kapan kau biarkan dia menangis,
mungkin air matanya telah mengering,
tertiup angin yang berhembus perlahan.
Mencoba mendinginkan kebekuan hatimu
dan kau akan menyesal, tak akan ada lagi senyum untukmu...

KAU



Kau bagai angin, yang tak tampak. Namun aku merasakan kehadiranmu. Bagai sinar mentari yang terbias dari celah-celah ruang hati, begitu pun bias senyummu yang terkadang muncul tanpa diundang.
Kisi-kisi hati itu mungkin sudah berserakan tak terbentuk, seumpama sebuah puzzle yang potongan sudah hilang ke segala penjuru, tanpa bisa ditemukan lagi. Maka sosokmu tak akan berarti lagi jika senja telah pergi, karena akan muncul sebuah bintang kecil yang akan menggantikannya...

Sekumpulan Ilalang

Iri rasanya melihat sekumpulan ilalang yang menikmati paginya dalam damai. Bergoyang seirama ditiup angin pagi. Tanpa lelah dan jemu menjalankan tugasnya, memberikan aroma pagi yang khas.
Iri dengan ilalang-ilalang itu yang tubuhnya hangat disiram mentari pagi. Dan semalam dapat menari-nari dalam rinaian hujan dengan penuh kegembiraan.
Aku hanya dapat memandangi mereka dalam suasana pagi yang suram. Hujan semalam, telah mengingatkan aku akan kehilangan sebuah kenangan yang kini entah tersembunyi dimana. Andaikan, aku dapat menggantikan kedudukan ilalang-ilalang itu, alangkah damainya...karena tak akan ada yang kenangan dalam kehidupan mereka...

I Was Remember





Ingatkah kau, tentang hari-hari kita yang lalu, yang hanya berisi gelak tawa. Tiada tangisan, tiada air mata. Dulu, kita mengukir mimpi kita lewat bintang-bintang kecil yang kita lihat di keheningan malam. Mimpi panjang yang tak berkesudahan sembari menghitung hari-hari kita esok. Mungkin sebagian mimpi itu sudah terwujud, sebagian masih kita titipkan pada pasir-pasir putih di tepi pantai, yang pernah kita lalui dalam perjalanan kehidupan kita.
Jika pada akhirnya kita mengenal air mata, mungkin itu bagian dari sebuah proses yang harus dijalani. Jadi nikmati saja.

Ingatkah kau, tentang warna-warni persahabatan kita yang penuh dengan keindahan. Berkisah tentang ketulusan dan kebersamaan. Walau pada akhirnya, warna tak seindah dulu, paling tidak kita pernah merasakan keindahannya bersama.

Peri Cantik Untukmu

Apakah kau terbangun dengan perasaan asing? Ketika kau lihat, bukan kamarmu yang nyaman? Mungkin hanya sebuah barak, dan kau tidur di atas kasur yang tipis, berhimpit dengan teman-teman barumu. Nikmati saja, karena hidup tidak melulu berkisah tentang sebuah istana kaca yang indah.
Telah kukirim seorang peri cantik untuk menjagamu semalaman. Namun kau tak kan percaya dengan peri-peri cantik itu. Karena kau tidak pernah suka dongeng, sedangkan ibumu sebaliknya, seorang pendongeng sejati.
Namun, aku tetap seorang ibu yang selalu merindukanmu, Nak...Mungkin sampai kau dewasa, sampai kau telah memiliki kehidupan sendiri. Karena bagi ibumu, engkau hanyalah seorang anak kecil yang perlu dijaga dan dicintai sampai akhir hayat. Jadi jangan bosan jika ibumu selalu memandangmu dengan sepenuh hati.
Cepat pulang, Nak...Ibumu selalu menantimu dengan cinta seluas samudera dan setinggi Himalaya...

TARIAN HUJAN





Sudah kau nikmati rinaian hujan yang menari-nari semalam.
Harusnya kau bergembira, karena hujan selalu mendatangkan aroma khas yang selalu membuatmu bahagia.
Namun mengapa kau harus bersedih, hanya karena dia tidak mau menjenguk hatimu lagi? Mungkin baginya, kau hanyalah sekotak kenangan yang sudah teronggok dalam pojok lemari kayu yang sudah rapuh termakan usia.
Mari bergembiralah, menari dalam rinaian hujan yang nadanya begitu teratur, menandakan mereka tidak akan pernah bosan melaksanakan tugas, membasahi bumi yang sudah mulai menua, yang sudah kering kerontang oleh kerakusan manusia.
Kau harus menjadi salah satu manusia yang bahagia dalam kesederhanaan, karena hujan akan selalu memberikan aromanya yang khas untukmu. Sekotak kenangan itu anggap sebagai bagian masa lalu dalam hidupmu, yang akan mewarnai hidupmu seperti sepotong pelangi yang bias warnanya menyinari pagi seusai hujan pergi...

Sabtu, 20 Desember 2014

KENANGAN #PART3







Merindukan kenangan laksana membuka kembali sebuah buku yang sudah berdebu dan penuh dengan jaringan laba. Isinya tak dapat lagi terbaca hanya gambaran indahnya seperti sepotong fragmen yang muncul di hadapanmu.
Ada sepotong senja yang berwarna peach terang, kumpulan awan, burung-burung yang beterbangan ke segala arah, daun-daun yang beterbangan seperti tarian indah, gerimis pagi yang melagukan sebuah lara.
Kata kau tak perlu dibuka lagi, hanya meninggalkan sayatan hati dan kepakan sayap yang patah. Jadi buat kau tidak ada gunanya mengingat-ingat lagi...Biarkan saja menjadi sebuah laporan akhir tahun, untuk deretan angka yang tertinggal jauh...

Selasa, 16 Desember 2014

HARAPAN KOSONG






Harapan Kosong
‪#‎part1‬
Harapan kosong itu adalah ketika kau pandangi gemerlapnya bintang di langit namun pijarannya tak sampai ke bumi. Dan ketika kau sentuh lembutnya awan-awan putih namun isinya hanya berupa gumpalan-gumpalan kapas yang tak dapat dibentuk, hanya serpihannya yang memenuhi ruang hatimu yang kosong...
‪#‎part2‬
Harapan kosong itu adalah ketika seseorang menjanjikan sebuah puzzle yang indah untukmu, tapi sekian lama kau menunggu, puzzle itu masih tak terbentuk juga, bahkan sebagian potongannya telah hilang terbawa olehnya...

Sekotak Kenangan part#1 & #2




Sekotak Kenangan #part1
Telah kukirimkan sekotak berisi kenangan,
apakah telah kau buka isinya?
ada sepenggal cerita ketika kita menikmati hujan
sembari meneguk secangkir kopi hitam kesukaanmu.
Ada sebuah pigura berisi foto-foto tentang senja, langit biru dan sekumpulan camar yang terbang tinggi yang menjadi saksi kebahagiaan kita, duluuu..
Masih ingatkah kau?
Sekotak kenangan itu kukirim,
karena aku ingin mengembalikan kenangan itu,
agar aku tak perlu membuka-bukanya lagi,
dan biarlah menjadi sebuah cerita usang yang tertinggal...
Sekotak Kenangan ‪#‎part2‬
Ternyata sekotak kenangan yang sudah kukirim, tidak jadi kau kirim kembali. Katanya kau simpan di tempat yang kau rahasiakan. Katamu, isinya hanya indah dikenang namun tak perlu dibuka lagi kotaknya.
Jadi tak perlu kau ingat kembali isinya, kembali melangkah menyelusuri perjalanan yang baru...

We're all alone





 merasa hampa ketika kita buka jendela pagi hari, mentari masih tersembunyi di sudut langit. Sementara semalam, hujan turun tanpa deras sehingga bintang-bintang kecil itu enggan muncul.
Kita masih punya gerimis pagi yang diam-diam membangunkan kita dari tidur semalam yang tanpa dibumbui bunga mimpi. Hari kita makin sunyi tanpa nyanyian camar yang beterbangan di atas laut biru.
Lalu, pada siapa kisah ini akan dibagi, jika semua enggan menyambut pagi ini dengan senyuman di bibir?
Ternyata kita hanya sekumpulan manusia yang terkepung dalam kesepian dalam sebuah kotak yang bernama: kegemerlapan.

SEPOTONG FRAGMEN





Tangan Tuhan telah menggerakkan kita bertemu pada sebuah senja yang indah, ketika kau coba melemparkan senyum. Kita berdebat seru tentang kehidupan yang akan datang. Bagi kita masa itu adalah masa yang indah, dimana kita belum mengenal bentuk dunia yang sesungguhnya. Dimana kita hanya mengenal tawa dan canda.
Lalu kau isyaratkan suatu rasa dari balik tatapanmu. Aku mencoba menghindar, karena aku masih memiliki mimpi yang lain, yang tak bisa kubagi untukmu. Kau lalu kecewa, pergi dengan langkah-langkah panjangmu. Meninggalkan aku dengan hanya ditemani sepotong senja yang tersisa, sebelum malam menjelang.
Jika kini kita bertemu lagi, mungkin kisahnya sudah berbeda. Kita telah memiliki sebuah peran dalam sepotong fragmen. Aku tahu, kau selalu mencoba menghindar. Namun kau lupa, Tangan Tuhan pula yang menggerakkan kita bertemu lagi dalam pagi yang baru...

Senin, 08 Desember 2014

NEGERI DALAM SEBUAH DONGENG


Mari kita buat sebuah negeri dalam sebuah dongeng.
Dongeng yang bisa kita bagi buat anak-anak kita
isinya adalah tentang sebuah negeri tanpa pemimpin,
yang rakyatnya dapat memimpin dirinya sendiri dengan bijaksana
tiada kemiskinan, tiada hura-hara yang menyakitkan,
berisi tanah yang subur yang diatasnya tumbuh buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang bisa kau petik kapan saja.
Anak-anak sekolah di gedung yang dilapisi aneka coklat dan gulali
jika bosan belajar, mereka bisa menikmatinya sembari bernyanyi.
Hari-hari bisa kita isi dengan menjelajahi ke seluruh penjuru negeri
sembari menuangkannya dalam sebuah kertas putih,
dalam bentuk cerita yang manis.
Waktu akan terasa begitu panjang, karena kita begitu sangat menikmatinya.
Sebuah negeri dalam sebuah dongeng, ahhh andaikan bukan imajiner semata.

TITIK NOL


Pada sebuah putaran waktu,
langkah terhenti di titik nol
haruskah bermuram durja
membiarkan udara sehitam jelaga
dan berteman sepi dalam lorong panjang tak berbatas.
Tanpa kau sadari,
ada sebuah Tangan yang menuntunmu
yang tak tega membiarkanmu terjatuh selamanya,
Dia yang akan menaikkan kau ke titik yang lebih tinggi,
tanpa kau sadari Tuhan selalu menemani setiap langkahmu,
Dia tak membiarkan kau sendiri,
berteman dalam sepi, terkepung dalam sebuah kekalahan
kini saatnya, kau naik ke titik selanjutnya
biaskan asamu yang mulai redup sinarnya
oleh sinar mentari yang akan muncul
dan memberikan hari baru untukmu...

THE LIFE YOU WANT



Highlights yang ada di cover majalah Pesona menggelitik saya menuangkan pemikiran saya yang sederhana di pagi ini. Pemikiran khas emak-emak. Bukan curhat or sebuah keluhan lho, hehe...
Apa hidup yang kau inginkan? Sebagai salah satu penggemar drama korea, tentunya mau dunk hidup seindah drama-drama korea itu. Misalnya dalam serial drama The Princess, pengen jadi kayak Lee Soi seorang mahasiswi anak pemilik losmen di sebuah desa wisata. Siapa sangka ternyata dia anak seorang raja yang harus belajar tata krama dengan Hae-Young seorang diplomat.
Itu kan drama, kenyataannya? Hehe..mudah-mudahan mendekati 'kisah' di atas yaa...
Namun, Tuhan telah menggariskan pada 'titik' kita masing-masing. Hanya melihat saja ke atas, membuat pusing kepala. Namun jika selalu melihat ke bawah pun, membuat kita tidak selalu berusaha.
Jadi kuncinya bagaimana kita menjalani 'titik-titik' kehidupan yang sudah digariskan tadi dengan ikhlas dan berdayakan diri kita secara optimal.
The Life you want: for me...it's simple life, just its!
Morning all, having fun on Monday morning...

EVERY DAY


Setiap hari kita menapaki jalan kehidupan
untuk sebuah tujuan: kebahagiaan.
Diwarnai tangis dan tawa kita
dengan ditemani gerimis hujan
atau sinar mentari yang melimpah.
Hari-hari kita ditemani potongan pelangi,
sekumpulan burung yang beterbangan di langit biru,
selembar senja yang berwarna jingga
atau bintang-bintang kecil yang bersembunyi di awan-awan putih.
Bagai sebuah frame kehidupan,
berisi potongan episode dengan kisah yang berbeda.
Bertemu dan kemudian berpisah.
Kegagalan dan kesuksesan bagai sekeping mata uang.
Terpuruk atau menang, akan sama saja
karena putaran waktu akan menentukan keduanya.
Pergi atau bertahan, akan membawa pilihan yang berbeda.
Tinggal kita menentukan langkah,
terdiam atau terus berjalan mengikuti alur kehidupan yang sudah ada...

Jumat, 05 Desember 2014

MERAJUT MIMPI


Buka bukumu, Nak.
Walau hanya ada sebatang lilin
yang dapat menerangi,
namun yakinlah,
semangatmu akan mengalahkan kegelapan ini.
Lihat saja dengan mata hatimu
akan lebih terpatri isinya ke dalam otakmu yang cemerlang.
Bukalah dunia selebar-lebarnya
dengan buku ini, yakinlah kau dapat.
Hidup ibarat sebuah buku
yang isinya berlembar-lembar episode,
mungkin di halaman yang lain,
kau akan berada di sebuah ruang kantormu yang nyaman
yang berbeda dengan rumah petak kita yang pengap tanpa jendela.
Jadi teruslah merajut mimpi
walau hanya dibiaskan oleh sinaran sebatang lilin...

TENTANG HUJAN


Jika kini hujan turun dengan derasnya
mungkin dia jenuh bersembunyi terus-menerus
di balik langit yang kelam, 
sekelam karang pantai yang sepi sendirian.
Tiada sekumpulan burung yang terbang di atasnya
atau air laut yang menyapanya ramah.
Hujan turun membawa kebahagiaan
untuk daun-daun yang menunggu kelopak bunga
yang luruh bersama datangnya gerimis
dahan-dahan yang bersuka ria menyapa
angin berhembus perlahan
Jika kali ini berkisah tentang hujan
betapa kurindu kehadirannya
laksana seorang anak yang merindukan dekapan ibunya
yang sudah lama pergi dan tak kembali.
Lihatlah air matanya yang turun tanpa henti
bercampur dengan air hujan itu
tiada henti terisak-isak
berharap hujan membawa ibunya kembali...

TENTANG RASA



Dulu, ada wangi kopi yang menyeruak
dari secangkir kopi
rasa pahit yang paling kau suka,
begitu juga rasa yang pernah kita alami,
menjalani kehidupan yang tidak mudah.
Namun keindahan hidup akan muncul
dari balik senyummu yang teduh,
seperti kusesap secangkir
teh manis hangat kesukaanku,
semanis itu pula satu episode yang pernah lewat,
Tertinggal dalam sebuah frame
di sudut ruang yang tak terjangkau.
Dua cangkir yang kuhidangkan sore ini,
satu teh manis milikku,
dan secangkir kopi pahit
yang mungkin saja kau hadir
dari balik rinai hujan yang membasahi senja ini

LIFE IS SIMPLE





Kurt Cobain, vokalis Nirvana dan Robin Wiliams mengakhiri hidupnya karena harus berjuang menahan despresi bertahun-tahun. Kurt Cobain tentu saja karena dipengaruhi drugs dan narkoba, namun aktor kawakan Robin Wiliams yang selalu memerankan tokoh penuh 'tawa' ternyata menyembunyikan 'gangguan mentalnya'. Sharing dari temen lama saya, bahwa untuk menjauhkan dari depresi ternyata caranya sangat simpel, yaitu: menerima hidup ini apa adanya, menerima diri dan orang lain apa adanya dan tidak memaksakan nilai-nilai kita terhadap orang lain. Intinya adalah menjalani kehidupan ini dengan ikhlas.
Dan tentu saja selalu ada harapan dalam hidup kita, sekecil apa pun itu, biarkan dia tumbuh dan mewarnai hidup kita.
Selamat pagi, selamat menyambut hari dengan senyum ikhlas...

Berbagi Mimpi



Seorang bapak tua berumur 60-an mendorong gerobak yang sarat dengan jualan perkakas rumah tangga. Berpeci lusuh, berkemeja dengan warna memudar dan bersandal jepit. 
Kita sama-sama berteduh menunggu hujan reda. Di sebuah trotoar jalan protokol yang padat dengan kendaraan lalu lalang. Aku menikmati hujan turun sembari melamun, bapak tua menatap hujan sembari berdoa, semoga hujan segera reda dan beliau bisa berjualan kembali. Mengais rejeki yang kian sulit.
Mari kubagi mimpi, Pak. Mimpi tentang sebuah negara yang indah, yang isinya tidak ada kemiskinan, tidak ada hiruk-pikuk yang membuat sakit kepala, tidak ada tawuran siswa yang hanya memakan korban sia-sia, mimpi yang mungkin bisa membuat kita tersenyum sejenak dari kesulitan hidup yang kita rasakan semakin berat. Mudah-mudahan potongan mimpi ini bisa mengobati lukamu dari kesedihan, dapat menyemangati langkah-langkah tuamu, menyelusuri sisa perjalanan yang seharusnya dapat kau nikmati dalam kebahagiaan, namun kehidupan yang keras, memaksamu masih harus terus berjuang menjalaninya...

Sebotol Harapan


Hidup ternyata bukan hanya berisi mimpi-mimpi yang memabukkan. Bukan juga berisi sekumpulan permen yang beraneka rasa dan rupa. Atau tentang sebuah pelangi yang berwarna-warni indah.
Namun ternyata hidup bisa berkisah tentang sebotol yang berisi harapan. Isinya dapat kau masukan beraneka asa dan keinginan yang akan kau capai. Genggam terus sebotol harapan itu dalam tanganmu, jangan sampai terlepas. Atau kau biarkan dia mengalir di permukaan air yang jernih dan kau bisa mengikutinya sampai di mana dia akan berhenti...
Selamat pagi, happy Thursday!

Memandang Hujan





Dari sebuah kaca jendela yang bening
kupandangi hujan yang turun teratur
nyanyiannya mengingatkanku 
pada sebuah layar lebar
yang menggambarkan ketika kita berlarian menembus hujan
sembari tertawa riuh, menikmati dalam kebersamaan.
Buat kita, hujan adalah kenangan
sembari membagi cahaya untuk kegundahan hati.
Kita saling berbagi kisah yang isinya tidak hanya berisi tawa
namun sebagian besar duka kita,
tentang sebuah kehilangan.
Hujan selalu mengingatkanku akan kebaikanmu
persahabatan kita yang tak pernah usang
walau mungkin, kita berada pada titik yang berbeda
namun aku yakin, hujan ini masih milik kita,
atas sebuah kenangan yang manis...

Minggu, 30 November 2014

Day By Day



Hari demi hari
kita lalui bersama
dalam sebuah putaran waktu yang terasa indah
dalam bagian hidup yang terasa makin berat.
Kita bagi tawa dan tangis kita
dalam sebuah episode yang tak bisa diputar ulang
episode itu kita beri judul: Persahabatan
tumbuh dan berkembang bersama
membuat kita menghargai maknanya
bahwa bahagia dapat dinilai dalam kesederhanaan
dalam kebersamaan kita
Waktu demi waktu
kita belajar menjadi dewasa
dalam kurun waktu yang cukup singkat
karena kemudian kita menjalani
titik kehidupan kita masing-masing
dalam porsi yang berbeda
namun tetap pada satu tujuan: kebahagiaan

KENANGAN


Mengapa rindu melintas ketika kulihat hujan turun dari balik kaca jendela yang bening? Laksana petir yang menyambar-nyambar, dia seperti ingin memuntahkan isi kepalaku. Agar aku teringat kembali lembaran-lembaran yang lalu, yang sudah kuanggap lupa dan mati.
Daun-daun meliuk-liuk ditiup angin menerbangkan segala kesedihan denganmu, yang ada hanya berbagi tawa denganmu. Padahal seluruh episode itu, sebagian besar berisi tangis.
Tidak bisakah dia pergi bersama perginya hujan yang meninggalkan jejak berupa aromanya yang khas. Membuatku ingin mengisi rongga dada dengan wanginya yang selalu kurindukan.
Jejak hujan pergi itu seumpama jejak langkahmu yang lebar, meninggalkan ribuan hari di belakang,
yang kau bahkan telah lupanya namanya: sebuah kenangan

Sabtu, 29 November 2014

Pagi dan Secangkir Kopi







Cahaya mentari yang temaram membangunkanmu dari mimpi semalam.
Mimpimu berkisah tentang sebuah paket kenangan
yang telah terkirim padanya,
dan kau bahkan sudah apa lupa isinya.
Kau mencoba tersenyum,
menatap pagi barumu yang sendu.
Hujan semalam, membuat mentari enggan muncul dari peraduannya.
Warna langit sedikit kelabu, dengan kumpulan kapas bergerak lambat
bahkan burung-burung enggan terbang,
masih asyik bercengkraman di dahan pohon yang basah.
Namun, daun-daun berseri-seri oleh basah hujan semalam
meliuk-liuk ditiup angin pagi,
menebarkan keceriaanya pada kuntum-kuntum bunga
yang masih menggeliat malas.
Kamu menikmati pagi yang mendung
dengan secangkir kopi pahit kesukaanmu.
Kamu tahu, hidupmu tak pernah sempurna,
namun kamu bersyukur,
masih bisa menikmati pagi baru untukmu
dengan secangkir kopi untuk mengusir lara dalam hatimu...

Senyum Matahari




Berbahagialah, ketika kau buka kaca jendela kamarmu,
kau lihat kilauan mentari yang bersinar terang,
menyapamu bersahabat,
menyemangatimu ketika kau merasa tak berarti
dalam hidupmu, untuk sementara.
Lihatlah, dia tersenyum sumringah,
seakan mengajakmu ikut berbahagia
di pagi yang cerah ini,
walau kau merasa hidupmu terasa tak berarti.
Lompati saja kegudahan hatimu untuk sementara,
marilah menari di bawah sinarnya yang hangat
biarkan hatimu kembali berseri
nikmati pancaran kebahagiaannya...

Hujan Sore Ini





Sore ini hujan turun secara tiba-tiba. Langit yang terang mendadak berwarna kelabu, sekelam hati seorang gadis yang sedang pilu. Sementara dibalik kaca jendela, sekumpulan anak bermain riang di tengah hujan yang turun sederas air bah yang diturunkan dari langit.
Mengapa harus ada nyanyian lara, jika hujan sedang menari dengan tariannya yang indah.
Sebentar lagi ada sepotong pelangi yang akan muncul, setelah hujan lelah menari dan anak-anak itu menyudahi tawa riangnya.
Kemudian senja kelabu akan tiba, membagikan bias sinarnya untuk menyambut pergantian waktu. Masihkah duduk menunggu hujan pergi dengan kesunyian, sementara camar-camar masih bersenandung riang di tengah hujan...

Your Duty


Jika tugasmu telah selesai,
maka sekumpulan peri cantik akan menjemput
dan memberikan kepakan sayap untukmu.
Mengajakmu terbang menembus langit biru
menyentuh permukaan awan, laksana segumpulan kapas putih.
Jika kau sudah terbang tinggi,
mereka akan kehilangan kelembutan hatimu,
dan senyum ramah yang terpancar dari kebajikanmu.
Sementara kau sudah bebas, menikmati keindahan alam surga di sana
tiada lagi kepedihan, yang tinggal hanya bahagia nan abadi.
Bintang-bintang kecil akan menemani tidurmu yang lelap,
dan sinaran mentari membangunkan dari mimpimu yang indah.
Kau akan selalu dapat menikmati senjamu yang kau rindukan.
Nikmati saja, karena tugasmu sudah selesai...

Sabtu, 22 November 2014

Secangkir Kopi





Secangkir kopi ini kuhidangkan atas nama cinta,
namun mengapa kau diam saja?
Apakah aroma sudah berubah?
Atau komposisinya sudah tak lengkap lagi?
Hanya ada kopi hitam, tanpa gula.
Maaf, hanya ini yang bisa terhidang
di lantai rumah kita yang hanya beralas semen,
sembari kau kipas-kipas uap panasnya,
kutahu itu hanya pelepas kekecewaanmu,
karena tak ada lagi yang lain,
murni hanya ada secangkir kopi pahit tanpa gula...

Menjelang Subuh


Ketika pergantian waktu itu datang,
bintang-bintang kecil masih terjaga dalam tugasnya
menanti fajar terbangun di peraduannya
burung-burung sudah siap dengan kepakan sayapnya
beterbangan di langit biru, 
menyambut mentari yang akan tiba

Kumpulan ilalang terkantuk-kantuk ditiup angin 
yang berhembus perlahan, 
menandakan pagi telah datang.
Suara indah itu membangunkannya
dari mimpi yang panjang,
dia harus bergegas bangun, 
untuk menunaikan kewajibannya.
Pagi yang indah, seindah asa yang akan dia rajut
di balik warna fajar: biru jingga. 
Dia terpaku dengan keindahan pagi ini,
bersyukur masih bisa menyambut pagi baru,
keindahan abadi yang dihadirkan alam untuknya..

Kamis, 20 November 2014

Jalan Ini




Kita sudah lewati bersama
perjalanan panjang
yang berliku dan penuh terjal
kadang kita terjatuh dan mencoba bangkit kembali
bertumpu pada sebuah dahan pohon yang kokoh
sekokoh itu pula cinta kita bangun
dalam sebuah pondasi mahligai nan indah
Kita kayuh samudra yang luas ini
penuh ombak yang menghantam perahu mungil kita
namun kekuatan cinta membuat kita mampu bertahan
dan kita bisa tersenyum
menatap sinaran mentari yang berkilau indah
memantul dari balik samudra biru ini
Perjalanan ini masih panjang,
namun bersabarlah,
kita jalani saja dengan sepenuh hati
mengantarkan buah hati kita tercinta
meraih mimpinya....

Sebatang Lilin



Sebatang lilin akan terus menerangi
bagi dunia yang gelap tanpa cahaya
walau hanya setitik sinar,
namun mudah-mudahan bisa berguna
bagi yang membutuhkan kerjapan sinarnya
dia seumpana sebuah bintang kecil
di pojok langit gelap,
yang setia dengan tugasnya,
menerangi malam sebelum fajar datang
begitu pun sebatang lilin itu,
akan setia menerangi dunia
dengan kerjapan sinarnya,
walau hanya setitik sinar,
namun dapat sebagai oase di hati nan kelam..

Selasa, 18 November 2014

HAMPA


Memandang awan-awan putih
yang berarak di langit biru sana.
Seperti gumpalan-gumpalan kapas putih
yang kosong tanpa isi.
Seperti berjalan di lorong panjang,
tak bertepi, tak berujung
hanya kesunyian yang terasa,
bahkan suara angin hanya terdengar sekilas.
Sunyi, hampa
Mungkin kini yang ada di sekelilingku
Melingkupi ruang dan waktu,
yang enggan seirama lagi.
Jadi siapa yang akan mendengar kisahku
tentang sebuah bangunan yang tak berbentuk,
bernama: kehidupan...

Pagi Ini



Pagi ini kau terbangun dari kamarmu yang pengap
tanpa jendela, berdinding bata merah
dan tak bersemen.
Terbangun dari alas tidurmu yang tipis,
berbagi dengan anak-anak tanpa bantal, tanpa selimut.
Pagi ini kau terbangun dengan kenyataan yang pahit
harga beras melambung, sementara dari kemarin
kau hanya memasak bubur tanpa hiasan kecap, apalagi sebutir telur.
Mulai pagi ini, langkahmu akan semakin berat
tiada lagi mimpi yang tersisa
tangisan anakmu menyadarkanmu, tiada lagi yang bisa dinikmati pagi ini
bahkan secangkir teh manis pun,
rasakan saja manisnya yang mungkin masih terasa,
dari secangkir teh hangat tadi malam,
yang dinikmati dengan anak-anakmu
dengan dihiasi sebuah dongeng tentang kebahagiaan...

Everybody Hurts


Mungkin penghuni alam ini sudah bosan dengan kedamaian
mereka sudah jenuh dengan cinta kasih
yang ada mereka saling menyakiti,
tertawa di atas penderitaan orang lain.
Sudah makin tuakah bumi ini
mengapa tiada lagi kearifan dalam denyut nadinya,
atau sudah terlalu beratkah tanah ini berpijak
di atas lautan manusia yang lebih mementingkan dirinya sendiri.
Sudah punahkah sebuah hati nurani,
yang terlahir dari selembar kain putih
dan ternoda oleh sebuah tahta dan jabatan,
yang tertinggal kini hanya tangisan bayi yang tak bedosa
namun akan tetap tersakiti pada waktunya tiba...

Sabtu, 15 November 2014

Bintang Pagi





Kau terbangun dalam mimpi yang panjang,
terbuai dalam bunga mimpi yang memabukkan
tidakkah kau lihat, masih ada sebuah bintang kecil
yang tersembunyi di sudut langit,
masih terjaga dalam tugasnya,
sebelum mentari muncul dari peraduannya.
Tidakkah kau malu pada bintang kecil itu,
yang pijarnya masih berkilau, walau hanya titik kecil
namun mampu menyadarkanku,
bahwa hidup harus terus berjalan.
Sementara kau masih terdiam, menatap langit
masih mencarikah kau bintang pagi itu?
Kalau dia masih ada di sudut langit itu,
maka nikmati pijarannya yang berkilau,
kuharap kau dapat sedikit tersenyum
dan bergegas bangkit
dari mimpi-mimpi usang itu
dan bersyukurlah, masih ada bintang pagi untukmu...

Pagi Baru


Tidur nyenyakkah kau semalam?
Merangkai harapan dalam bunga mimpi yang indah.
Cukupkah mimpi itu untukmu?
Sebagai pengganti laramu yang tak pernah usai.
Sudah cukupkah kesedihan itu?
Kau resapi dalam renungan yang dalam.
Apa yang kau rasa dalam kesunyianmu?
bahkan hujan pun tak mau hadir menemani.
Jadi, hapus laramu, simpan air matamu,
kau masih memiliki senyum yang indah,
yang akan menghiasi pagi yang hening ini.
Bahagialah, semesta menghadiahkan pagi baru yang indah, untukmu,
penuhi pagimu dengan harapan yang baru...