Selasa, 22 Desember 2015

BEHIND THE SCENE "ETERNAL FLAME"




Kami dan hasil karya kami.

Bermula dari perlombaan penulisan outline yang diadakan oleh Elex Media, di bulan Januari 2015. Saya yang belum 'ngeh' membuat outline seperti apa, akhirnya gooling. Syaratnya outline tersebut harus menggambarkan kisah yang romantis. Walaah, harus menggali segala ingatan tentang semua kenangan yang romantis, hehe. Akhirnya nekad ikutan di deadline yang sudah mepet Namun Alhamdulillah, dipilihlah 50 outline yang dianggap baik untuk mengikuti Workshop Penulisan.. Dari 50 peserta terpilihlah 3 kelompok outline terbaik dengan tema playlist dan setting sebuah kota yang ada di Indonesia atau luar negeri.


Dan inilah kami, 5 penulis cewek keceh itu dengan karya kami yang akan lauching tanggal 30 November 2015.Dan inilah kami, 5 penulis cewek keceh itu dengan karya kami yang akan lauching tanggal 30 November 2015.
Mungkin takdir yang mempertemukan kami dalam sebuah event penulisan. Mungkin saat itu, semesta sedang berbahagia, sehingga kami bisa masuk dalam kelompok dua dan menyusun outline bersama.Tidak saling kenal, namun harus memberikan pendapat untuk 'warna' materi yang sama. Tentu sulit, karena kami memiliki gaya penulisan yang berbeda.Tidak menyangka, kami menjadi salah satu kelompok yang terbaik. Mungkin pada awalnya kami tidak berharap, kami takut tidak memiliki perfom yang terbaik.Namun, lagi-lagi takdir berkata lain. Kami hanya diberi waktu beberapa bulan untuk dapat menghasilkan sebuah karya yang terbaik. Tiga orang berada di Jakarta, satu orang di Cirebon dan satunya berada di Semarang. Kami mengolah masing-masing satu tokoh yang harus bisa menyatu dengan tokoh yang lain.Untunglah, ada sebuah teknologi yang mendukung 'kerja sama' kami melalui online. Namun tetap, kami masih 'kaku' menyatukan satu warna dengan gaya penulisan yang masing-masing berbeda.Gesekan tentu saja ada, namun dengan cool gaya ketua genk yang keren Mba Kristina Yovita sekaligus merangkap editor yang habis-habisan mengupas naskah masing-masing anak buahnya. Buatku ini amazing, bisa berkolaborasi dengan para penulis cewek yang keren. Bisa banyak belajar mengenai ide, EYD, mengolah bahan sampai memberikan polesan yang keren untuk sebuah cerita, buatku adalah sebuah pengalaman yang luar biasa.Namun, 'perjuangan tidak hanya sampai di sini, bagaimana ketika naskah sudah jadi sesuai dengan target yang ditetapkan mba editor yang keceh, mba Afrianty Pramika Pardede. Begitu dipelajari dan dianalisa beliau, tetap harus dirombak sana-sini. Sebagai penulis kudu tahan banting, tidak boleh hopelessly. Karena toh itu demi kebaikan bersama, demi menghasilkan sebuah karya yang keren.

Dan yang paling penting bagaimana seorang penulis dapat menjual karyanya dengan baik. Dan ini tugas terberat kami. merancang strategi promo dan pemasaran dengan optimal, hehe...Beda dengan jaman dulu saya sebagai penulis, nggak kepikiran kudu memiliki keahlian dalam bidang marketing ini.Hayuk, kita syukuran Mba Kristina Yovita, Naya Corath, Nurisya Febrianti dan Susi Lestari, merayakan kesuksesan kita dalam 'mengesampingkan' ego masing-masing sebagai penulis dalam 'menyatukan sebuah 'warna' yang indah, kebersamaan dan persahabatan yang baru.


Eternal Flame ini menceritakan tentang 3 cowok yang lagi baper karena cinta.
Edo : pemain biola, ditinggal mati oleh ceweknya, nggak bisa move on selama berbulan-bulan, sampe jadi pengamen di stasiun.

 
Dimas : eksekutif muda yang udah pacaran lama sama cewek beda suku. Ibunya menentang hubungan itu karna ceweknya itu nggak mau jadi ibu rumah tangga.

Satria : pengawal kereta api, jatuh cinta sama mahasiswi yang tiap hari dia liat di kereta api, tapi nggak berani ngungkapin cinta. 
Mereka punya masalah masing-masing tetapi akhirnya saling berhubungan. saling terkait satu sama lainnya. 

Bagaimana Edo akhirnya bisa move on? Karna hatinya udah nggak mau tau lagi tentang cinta.
Bagaimana Dimas menyelesaikan masalahnya? Kedua wanita itu, ibu dan ceweknya, sama berharganya bagi dia. Dimas nggak akan pernah mau melukai salah satu dari mereka. 
Bagaimana Satria mengakhiri galaunya? Di saat dia punya keberanian buat nyatain cinta, cewek incerannya menolak cintanya. Duh! Mundurkah Satria?
Semua jawabannya ada di novel Eternal Flame ini. Jalan keluar yang ditempuh oleh 3 orang itu benar-benar nggak terduga.

*****

Rabu, 16 Desember 2015

Di Balik Layar KumCer Be My Valentine


Sebagai penulis yang sudah menghasilkan beberapa karya berupa cerpen remaja yang semuanya pernah dimuat di majalah Kawanku era tahun 90-an.
Ketika itu bentuk majalah Kawanku belum se-minimalis sekarang. Dan tahun-tahun 90-an satu edisi majalah bisa memuat beberapa cerpen sekaligus. Bandingkan sekarang, yang 'lapaknya' makin berkurang untuk ruang fiksi.



Alhamdulillah, saya selalu mengumpulkan karya-karya saya yang pernah dimuat itu dalam bentuk Kliping Kumpulan Cerpen. Kemudian timbul ide, bagaimana jika saya bukukan saja 10 buah cerpen saya yang pernah dimuat di Kawanku. Ke-10 cerpen tersebut adalah:
1. Be My Valentine sebagai Cerita Utama
2. Kembang Mawar Buat Alin
3. Denise
4. Elegi Buat Uli
5. Diet Ala Ara
6. File Hantu (satu-satunya yang dimuat di majalah Anita)
7. Penyesalan Tasya
8. Surat Dari Ade
9. Cerita Cinta
10. Rahasia hati Riri


Selasa, 29 September 2015

Aktivitas Sastra dan Komunitas Penulisan



AKTIVITAS SASTRA &
KOMUNITAS PENULISAN

Nama saya adalah Dian Novianti. Terkadang menggunakan nama pena: Dheean Reean.
Saya mulai terjun di dunia penulisan sejak tahun 1993 – 1997 dan kemudian vakum karena kesibukan kerja. Sejak tahun 2014, saya ingin kembali ‘mengasah’ kemampuan menulis saya. Saat ini buku saya yang sudah terbit adalah 2 buku bahan ajar kuliah yaitu: Analisa & Perancangan Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek. Untuk buku fiksi sudah menerbitkan 1 novel dan 4 (empat) buah Buku Kumpulan Cerpen.
Selama saya aktif menulis, saya sudah ‘menelurkan’  48 karya. Tahun 1995 saya pernah memenangkan Lomba Penulisan Cerpen yang diadakan Majalah Anita Cemerlang yang berjudul : “Hidup Penuh Warna”.
Saat ini saya sedang menulis novel solo dan novel berantai dengan beberapa penulis wanita juga menjadi kontributor pada buku Kumcer bertema romantis yang diikuti 78 penulis wanita. Dan juga sebuah novel terbitan Elexmedia bersama 4 teman penulis wanita yang berjudul: Eternal Flame yang masih proses penerbitan.

          Komunitas Penulisan yang pernah saya ikuti adalah pada tahun 2013 yaitu “Ibu-Ibu Doyan Nulis” dimana merupakan komunitas ibu-ibu yang suka menulis dan berkarya dalam dunia menulis dan tahun 2013 saya mengikuti komunitas “Menulis Keren” mengenai komunitas penulisan cerpen koran dan cerpen majalag dan tahun 2014 saya mengikuti WOMEN SCRIPT COMMUNITY dan bertugas sebagai admin yang menangani program Writers To Writers yang membahas mengenai konstribusi tulisan member WSC yang akan dibahas bersama dalam forum.

Senin, 07 September 2015

RUANG KOSONG





Ruang kosong itu seumpama senyum yang diikat oleh kesedihan. Tak terlihat, namun bisa dirasakan.
Seumpama sebuah jejak tak bertuan namun tatapannya masih membekas di hati.
Dia seperti mengisi sudut~sudut tak berpenghuni.
Walau terasa hampa, dia tak bisa hilang.
Terus mengikuti seperti udara yang terus mengalir.
Seperti kecupan embun pada daun,
walau sekejap namun telah membuatnya berseri,
walau setelah itu terasa senyap...dan kelam.

Selasa, 28 April 2015

#BeraniLebih Menjadi Penulis Kembali



    Perkenalkan nama saya Dian Novianti. Namun saya lebih dikenal dengan nama pena saya Dheean Reean. Saya berprofesi sebagai dosen sejak tahun 1996 sampai sekarang. Sebelumnya, saya pernah menekuni dunia penulisan. Namun karena kesibukan, saya sempat vakum cukup lama.
Boleh dibilang tahun 1993-1996 adalah masa-masa produktif saya ketika itu. Saya pernah memenangkan lomba Penulisan Cerita Pendek di majalah Anita Cemerlang tahun 1995. Alhamdulillah, saya rajin mengarsipkan tulisan-tulisan saya yang jika dijumlahkan sudah mencapai 48 cerita pendek yang sudah dipublikasi di beberapa media cetak dalam kurung waktu 3 tahun.
Saya tidak menyangka betapa maraknya dunia penulisan saat ini. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi membuka peluang terbuka lebar untuk penulis-penulis pemula untuk mengembangkan sayapnya.
Bagaimana dengan saya? Saya penulis jadul, yang ingin kembali terjun ke dunia ini dan bersaing kembali dengan penulis-penulis muda yang lebih dulu eksis dibandingkan saya.
Saya mencoba kembali dari titik nol. Saya mengikuti beberapa komunitas penulisan dan pelatihan penulisan baik yang free maupun yang bayar. Dimana teknik dan gaya penulisan saat ini sangat jauh berbeda dengan tahun 1990-an. Pantang menyerah, saya banyak belajar kembali menjadi penulis.
Semua indah akan pada waktunya. Keberanian saya untuk mencoba kembali peruntungan di dunia penulisan ini berbuah manis. Akhir tahun 2014, saya mencoba membuat kumpulan cerpen saya yang pernah dimuat di beberapa media massa melalui penerbitan indie dan dilanjutkan novel yang saya tulis hanya dalam waktu satu bulan karena mengejar promo yang ditawarkan penerbitan itu. Not bad, walau novel sederhana,  namun yang terpenting saya memiliki keberanian untuk mencoba menulis 200 halaman dalam waktu 30 hari. Alhamdulillah, responnya cukup baik karena banyak  juga pembaca yang bersedia membeli buku-buku saya, yang pada akhirnya bisa menutupi biaya produksi kumpulan cerpen dan novel tersebut.
Awal tahun 2015, dan keajaiban itu datang berturut-turut ketika saya dinyatakan ‘lulus’ untuk mengikuti sebuah pelatihan penulisan novel romantis yang diadakan sebuah penerbit mayor, Elex Media. Dan Alhamdulillah, pengajuan outline novel kelompok saya lulus dan kami berhak untuk mewujudkan outline tersebut dalam bentuk novel romantis. Saya juga mengikuti analogi buku dengan tema cerita romantis di bulan November.
Namun tentu saja, saya masih ingin terus banyak belajar. Karena saya memulainya dari sebuah titik nol, titik yang terbawah dalam dunia penulisan yang pernah saya tekuni. Saya belajar menulis cerpen dewasa dengan penulis senior dengan metode pembelajaran yang sangat keren menurut saya. Sesuatu yang baru buat saya, karena selama ini saya hanya menulis untuk segmen remaja. Dan Alhamdulillah, tawaran terus berlanjut. Akhir bulan ini saya diminta menjadi narasumber di kegiatan creative writing di sebuah SMA di Jakarta. Dengan syarat, saya sudah memiliki buku. Bayangkan jika saya tidak memanfaatkan momen yang muncul di hadapan saya.
Buat saya hal ini hanya mimpi, bisa terjun kembali di dunia yang amat saya cintai. Dan saya bersyukur, bisa kembali ke dunia ini dan memiliki teman-teman penulis yang sangat mendukung dan memberikan motivasi saya untuk terus menulis. Teman-teman yang walau hanya dikenal di dunia maya, namun ketulusan mereka membuat saya menemukan ‘keluarga baru’.
Teruslah menulis dari hati, dan rasakan kenikmatannya. Karena menulis bisa sebagai ekspresi jiwamu. Terima kasih.
*****
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek di Blog #BeraniLebih bersama Light of Women. 
Akun FB : Dheean Reean
Akun Twitter : @dheean_rheean

Sabtu, 04 April 2015

JADI PENULIS



        Perkenalkan nama saya Dian Novianti. Namun saya lebih dikenal dengan nama pena saya Dheean Reean. Saya berprofesi sebagai dosen sejak tahun 1996 sampai sekarang dan tambahan profesi saya adalah penulis freelance.
Tidak terbayang sebelumnya, betapa semaraknya dunia penulisan saat ini. Begitu saya mencoba aktif di sebuah sosial media, tidak menyangka sama sekali betapa banyaknya orang yang ingin menjadi penulis. Mungkin saya yang termasuk telat untuk merasakan ‘kehebohan’ itu. Berhubung waktu saya sudah tersita oleh urusan pekerjaan dan keluarga, ditambah tahun 2008 saya melanjutkan pendidikan ke jenjang strata dua. Otomatis saya baru ikutan di sosial media ini tahun 2010, itu pun bukan pengguna aktif.
          Kira-kira awal tahun 2014, saya baru ‘ngeh’ betapa semaraknya dunia ini. Banyak penulis yang memposting karyanya. Tidak mau ketinggalan, saya juga memposting karya saya, walau karya lama, hehe. Alhamdulillah, keberadaan saya mulai ‘dilirik’ teman-teman baru. Banyak yang menawarkan saya pertemanan dan menyatakan kekaguman atas hasil karya yang sudah dihasilkan. Terharuuu…ternyata walau karya jadul, mereka menghargainya dengan baik.
          Sejak kapan berkecimpungan dalam dunia tulis menulis ini? Kenapa sempat vakum? Berapa lama vakumnya? Kenapa tertarik menulis lagi? Hehe…pertanyaan yang hampir seragam dilontarkan pada saya.
Mungkin jika dijabarkan, jawabannya akan panjang bisa satu buku (hehe..terlalu lebay ya). Mungkin yang ingin saya tanyakan pada diri saya sendiri juga adalah: Mengapa suka menulis? Apakah cita-cita ingin menjadi penulis? Buat saya, ini pertanyaan mendasar yang menyangkut passion dan ketertarikan saya pada dunia ini.
Saya suka menulis sejak SMP. Guru Bahasa Indonesia saya waktu itu yang menyemangati saya bahwa saya memiliki bakat menulis. Guru saya itu energik, cantik, pintar, mungkin gambaran saya masa kini, hehe..terlalu memuji diri sendiri.
Lalu saya mencoba menulis sebuah cerita pendek melalui tulisan tangan. Lalu saya perlihat ke teman-teman saya. Mereka protes, karena tulisannya susah dibaca, agak-agak cakar ayam, hehe…Akhirnya demi tulisan saya bisa dibaca dengan baik, saya minta dikursusin mengetik. Ibu saya bengong, emang kamu mau jadi sekretaris? Mungkin itu pertanyaan yang ada di benak beliau. Tapi demi anak tercinta, beliau memperbolehkan juga. Sudah mahir mengetik, saya pinjem mesin ketik bapak saya dan bisa dipastikan hampir setiap malam, rumah saya heboh oleh suara ketikan. Kira-kira tahun 1987 (mungkin diantara teman-teman ada yang belum lahir kan?) saya tergila-gila menulis cerpen. Apalagi di tahun-tahun itu, era kejayaan Lupus, cerita fenomenal Mas Hilman Hariwijaya. Saya jadi makin tertarik belajar nulis cerpen. Asli, nulis sendiri, otodidak. Nggak ada yang ngajarin. Bapak saya? Boro-boro, malah Bokap waktu itu marah-marah karena saya bukannya belajar malah sibuk ketak-ketik.
Tidak seperti jaman sekarang, yang dengan mudah kita mendapatkan tawaran belajar menulis baik secara tatap muka atau online dengan bayar atau gratis. Makanya saya iri dengan generasi muda sekarang, yang sangat dimudahkan dengan segala fasilitas yang tersedia secara lengkap mulai dari browsing materi penulisan, karya penulis-penulis yang bisa dibaca melalui blog pribadinya atau mengikuti komunitas-komunitas penulis yang banyak ditawarkan. Mereka bisa dijadikan mentor yang baik tentang tulisan yang sudah kita hasilkan.
Dulu mentor saya, ya teman-teman yang membaca karya saya. Tanggapa mereka hanya dua: bagus atau jelek. Kalau jelek, mereka tidak bisa memberikan masukan apa-apa. “Pokoknya dibacanya nggak enak, nggak menarik!” itu jawaban andalan mereka. Tapi kalau bagus, mereka mengangkat jempol mereka tinggi-tinggi. Mungkin seperti sekarang, ketika kita menyukai posting seseorang, kita bisa mem-klik tulisan liked.
Kumpulan cerpen saya kliping jadi satu dan biasanya wujudnya sudah tidak jelas lagi, karena sudah berpindah banyak tangan. Hobi ini berlanjut ketika saya mulai kuliah dan jadi anak kos di daerah Depok. Saya senang bukan main, karena saya punya komputer, horeee…! Komputer model desktop yang tidak bisa dibawa kemana-mana, hanya terdiam manis di sudut kamar. Jika jaman kuliah saya sudah ‘lahirnya’ laptop atau tablet, bisa dipastikan di ruang kuliah, saya bukan menyimak penjelasan dosen, malah asyik menulis, hehe..
Jika tidak ada kuliah, saya lebih banyak ‘mendekam’ di kamar. Temen-temen kos tentu saja heran. “Yan, elo nulis apa sih? Segitu betahnya seharian nongkrong di kamar.” Namun ketika cerpen pertama saya dimuat di majalah Anita Cemerlang, mereka berebut membacanya, “waah, keren elo, Yan!” Tentu saja saya bangga walau buntutnya, saya harus rela honor saya ‘dibajak’ untuk nelaktir mereka, hehe..
Boleh dibilang tahun 1993-1996 adalah masa-masa produktif saya ketika itu. Saya pernah memenangkan lomba Penulisan Cerita Pendek di majalah Anita Cemerlang tahun 1995. Alhamdulillah, saya rajin mengarsipkan tulisan-tulisan saya yang jika dijumlahkan sudah mencapai 48 cerita pendek yang sudah dipublikasi di beberapa media massa selama 3 tahun.
Dan untuk mengirimkan cerpen ke sebuah majalah buat saya penuh perjuangan. Memang saya lebih sering menggunakan jasa pos yang ada di kampus saya atau ke kampus tetangga, UI, yang memiliki kantor pos sendiri. Namun biayanya lumayan mahal, karena tarif dikenakan sesuai dengan berat amplop yang berisi hasil cetakan naskah saya.
Akhirnya saya lebih suka mengantarnya sendiri. Sekalian bisa berkenalan dan ngobrol dengan para redakturnya. Tapi tidak bisa leluasa karena kesibukan mereka. Kalau ada naskah yang ditolak, mereka akan menyerahkan kembali sembari memberikan sedikit koreksinya.
Beda dengan penulis jaman sekarang yang sangat-sangat diuntungkan dengan kemajuan teknologi informasi. Sekarang kita tinggal mengirimkan naskah kita dalam bentuk softcopy via emal. Walau nunggu antriannya cukup lama, namun tidak serepot penulis jaman dahulu kala, hehe…
Saya sempat vakum lama. Setelah tahun 1996, saya fokus mengembangkan karir saya menjadi seorang dosen, apalagi saya mengajar di beberapa kampus dan tentu saja mengurus keluarga yang sudah pasti sangat menyita waktu saya.
Semua indah akan pada waktunya. Saya pernah mendengar kalimat indah itu dan saya mengalaminya sendiri. Pertengahan tahun 2014, seorang kenalan penulis, mengajak saya ikutan dalam sebuah komunitas penulisan. Mungkin kasihan melihat saya hanya memposting karya-karya lama saya tanpa menulis lagi. Jujur, ketika itu saya sudah ingin menulis lagi namun belum ada keberanian untuk memulainya lagi. Tangan saya seperti kaku dan kehilangan kata-kata pada saat ingin menulis.
Namun di komunitas itu, saya diberi kepercayaan untuk mengirimkan contoh tulisan saya. Tadinya saya masih memberikan tulisan lama saya yang pernah dimuat di beberapa media massa, namun ketika mereka mulai meminta untuk mengirimkan tulisan saya yang baru, perlahan saya mulai belajar menulis lagi, dari awal. Mungkin pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih pada Mba Ida Refliana yang sudah membuka ‘pintu’ saya kembali. Saya malah berani mencoba ikutan lomba menulis cerpen sekelas majalah Femina. Walau tentu saja tidak menang, namun saya menghargai keberanian yang saya miliki.
Kemudian tak berapa lama, saya diajak Mba Deka Amalia Ridwan, pemilik sebuah komunitas penulisan yang semua membernya wanita, untuk menulis kumpulan cerita pendek romantis bersama 87 penulis wanita keren. Beliau juga mengajak saya menggarap novel berantai dan menulis novel solo yang saat ini masih proses pengerjaannya.
Akhir tahun 2014, saya mencoba membuat kumpulan cerpen saya yang pernah dimuat di beberapa media massa melalui penerbitan indie dan dilanjutkan novel yang saya tulis hanya dalam waktu satu bulan karena mengejar promo yang ditawarkan penerbitan itu. Not bad, walau novel saya lumayan sederhana ceritanya tapi yang penting saya memiliki keberanian untuk memcoba menulis 200 halaman dalam waktu 30 hari, keren kan? Hehe, muji diri sendiri aja! Dan Alhamdulillah, responnya cukup baik karena ada juga yang bersedia membeli buku-buku saya yang akhirnya bisa menutupi biaya produksinya.
Awal tahun 2015, dan keajaiban itu datang berturut-turut ketika saya dinyatakan ‘lulus’ untuk mengikuti sebuah pelatihan penulisan novel romantis yang diadakan sebuah penerbit mayor, Elex Media. Dan Alhamdulillah, pengajuan outline novel kelompok saya lulus dan kami berhak untuk mewujudkan outline tersebut dalam bentuk novel romantis. Saya juga mengikuti analogi buku dengan tema cerita romantis di bulan November.
Menurut saya kesempatana tidak akan dua kali, ketika peluang itu menghampiri kita, tentu kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu pun ketika saya ditawari menjadi koordinator cerpen majalah dan host program ‘writers to witres’ di dua  komunitas penulisan yang berbeda.
Namun tentu saja, saya masih ingin terus banyak belajar. Karena saya memulainya dari sebuah titik nol, titik yang terbawah dalam dunia penulisan yang pernah saya tekuni. Saya belajar menulis cerpen dewasa oleh penulis keren Mba Nurhayati Pujiastuti dengan metode pembelajaran yang sangat keren menurut saya. Sesuatu yang baru buat saya, karena selama ini saya hanya menulis untuk segmen remaja. Dan Alhamdulillah, tawaran terus berlanjut. Akhir bulan ini saya diminta menjadi narasumber di kegiatan creative writing di sebuah SMA di Jakarta. Dengan syarat, saya sudah memiliki buku. Bayangkan jika saya tidak memanfaatkan momen yang muncul di hadapan saya.
Buat saya, sebelumnya hanya mimpi, bisa terjun kembali di dunia yang amat saya cintai. Dan saya bersyukur, bisa kembali ke dunia ini dan memiliki teman-teman penulis yang sangat mendukung dan memberikan motivasi saya untuk terus menulis. Teman-teman yang walau hanya dikenal di dunia maya, namun ketulusan mereka membuat saya menemukan ‘keluarga baru’.
Mungkin pesan saya untuk calon penulis atau penulis pemula, menulislah dari hati dan harus enjoy. Karena kalau kamu merasa menulis hanya sebagai beban, berarti menulis belum menjadi passion-mu dan kamu hanya sekedar mengikuti tren yang saat ini sedang marak.
Terima kasih sudah mau ‘mendengarkan’ kisah saya yang mungkin bagi sebagian orang tidak berarti, namun saya berharap, sebagian masih menganggap kisah ini sebagai motivator dalam menulis.

Teruslah menulis, dari hati dan rasakan kenikmatannya. Karena menulis bisa sebagai ekspresi jiwamu. Terima kasih.
*****

Rabu, 25 Maret 2015

PERJALANAN MENULIS...

1. Pemenang Lomba Menulis Cerpen di Majalah Anita Cemerlang


2. Mengikuti Antalogi Cerita Pendek Romantis bertemakan November

                                                                                                                         


3. Memenangkan Outline Novel Romantis bersama tim yang diadakan Penerbit Elexmedia. Saat ini sedang proses penggarapan.



4. Telah menghasilkan 48 cerita pendek yang tersebar di berbagai media cetak, diantaranya:





5. NOVEL YANG PERTAMA "BINTANG KECIL DI LANGIT BIRU", TERBIT PADA AWAL JANUARI 2015



6. KUMPULAN CERPEN PERTAMA BERGENRE REMAJA DENGAN JUDUL "BE MY VELENTINE" YANG TERBIT FEBRUARI 2015



7. KUMPULAN CERPEN KEDUA, YANG TERMUAT DI MAJALAH CERIA REMAJA, BERJUDUL "DAUN-DAUN MENGERING" TERBIT TAHUN 2015





8. KUMPULAN CERPEN KETIGA UNTUK SEGMEN WANITA, BERJUDUL "MENIKAH DENGANKU" TERBIT TAHUN 2015.


9. KUMPULAN CERPEN KETIGA REMAJA, 2 CERPEN PERNAH DIMUAT DI MAJALAH GADIS, BERJUDUL "PACAR KETIGA" TERBIT TAHUN 2015.

.


10.. NOVEL ROMANTIS TERBITAN ELEXMEDIA LAUNCHING TANGGAL 30 NOVEMBER 2015.



*****














BUKU BAHAN AJAR


Minggu, 22 Maret 2015

MY BOOK - KARYA FIKSI



Senin, 26 Januari 2015

BAHAGIA




Rasakan aliran hangat yang mengalir dalam darahmu, dia akan menyembunyikan debaran dalam dadamu ketika kau ingat senyumnya yang diberikan untukmu di senja itu.
Pipi putihmu akan diwarnai pemerah alami ketika langkah-langkah kakinya mendekatimu.
Kau tak bisa berlari, tak bisa menghindar.
Betapa kau menginginkan moment ini. Namun langkahmu terasa beku.
Kau hanya menunggu, dia mendekat padamu.
Debaran dadamu semakin ketara, namun kau sudah bisa tersenyum, bahagia...

PULANG




Pulanglah, Nak...
Senja sebentar lagi datang
menghampiri kita dalam kebingungan.
Langkah kita pun semakin berat,
memandang dari kejauhan
rumah kita yang tenggelam pepohonan.
Mungkin sudah tersedia di atas meja
nasi urap kesukaanmu,
yang dihidangkan emakmu.
Mungkin hanya itu tersedia,
untuk energi esok hari.
Air mata ini sudah kering,
terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Mereka tak akan tahu,
bahwa emakmu tidak punya beras
dan gula untuk menyeduh teh esok pagi.
Jadi nikmati saja,
pohon-pohon tebu yang bergoyang ditiup angin
dan rasakan aromanya
sebagai pengganti gula
dalam cangkir tehmu esok pagi...

Senin, 19 Januari 2015

MARI MENARI



Mari menarikan jari-jarimu di atas tuts-tuts keyboard.
Ceritakan tentang kegundah-gulanaanmu
tentang seseorang yang menarik hatimu.
Biarkan saja jari-jari itu menari,
mencurahkan perasaanmu, lewat kata demi kata.
Biarkan saja dia dia tidak mengetahui isi hatimu,
yang penting kau sudah puas menari lewat jari jemari lentikmu,
lewat kata-kata yang kau rangkai dengan indah.
Teruslah menari, hingga hatimu puas
dan kau dapat menarik nafas lega.
Bisa jadi, 
sedetik kemudian 
hatimu pun akan menari-nari
jika kau mengingat kenangan manis bersamanya.
Teruslah menari, dengan indah...

Minggu, 18 Januari 2015

RENTANG JARAK




Kupikir dulu,
rentang sebuah jarak yang memisahkan kita
menjadi dua part yang berbeda,
hidupmu dan hidupku sendiri.
Puluhan tahun kita jalani tanpa ada sedikit pun kabar berita.
Namun kini,
rentang jarak itu semakin dekat,
namun tetap ada sebuah dinding pemisah,
yang membagi dua part,
kehidupanmu dan kehidupanku sendiri.
Hari-hari kita lalui dalam kebisuan.
Mungkin Tangan Tuhan
yang kelak akan memperpendek kembali sebuah rentang jarak ini.
Namun apakah akan mempengaruhi pagi-pagi kita esok?
Jika sebuah dinding pemisah
masih begitu kuat membuat sebuah diksi untuk hidup kita
dan kita jalani tanpa warna-warni kehidupan yang lalu....

Selasa, 13 Januari 2015

Seperti Butiran Pasir





Dia menghilang bagai butiran pasir yang tersapu oleh gelombang ombak. Betapa terkadang aku merindukan kehadirannya. Suaranya bagai menggema di tengah lautan, apakah dia tengah bercanda dengan ribuan camar yang beterbangan di atas laut biru yang senja ini terlihat tenang permukaanya. Setenang itukah dirimu dalam menyimpan rapat-rapat rahasia hatimu. Hingga sampai detik ini, aku tak akan pernah tahu apa yang tersembunyi di balik senyum misterimu.
Kau datang dan pergi, seperti senja yang kini akan pergi. Dan aku harus melepaskannya, seperti aku melepaskan harapan yang kosong padamu. Namun, esok senja itu akan datang dengan memberikan warna yang indah, dan aku akan terpukau pada keindahannya. Seperti aku yang tak bisa lepas dari pesonamu yang kian menjeratku. Tapi itu dulu. Hanya sebuah kisah usang yang tak perlu ditata ulang kembali...

Selasa, 06 Januari 2015

RUMAH KITA





Sebuah rumah tanpa jendela, tanpa ubin keramik.
Jika pagi, kita biarkan pintu terbuka lebar,
agar udara segar masuk, menyeruak isinya yang terasa pengap.
Rumah yang kala malam, hanya ditemani batangan lilin,
kita bisa memandangi kumpulan bintang kecil di pojok langit
dari pintu yang masih terbuka lebar,
mengundang laron-laron masuk untuk bersuka ria
di atas lilin-lilin kita.
Kita titipkan mimpi itu, pada bintang-bintang kecil itu,
mimpi tentang sepiring nasi pulen dengan hiasan lauk di atasnya
dan sebuah kasur empuk, tempat kita mereda asa.
Mari kita nikmati saja, secangkir kopi pahit tanpa sesendok gula,
mungkin saja, besok kita bisa menikmati potongan-potongan ubi hangat
sebagai energi kita menapaki hari yang semakin berat dijalani.
Namun kehidupan masih harus berputar,
mungkin saat ini kita masih ada di posisi terbawah,
namun bisa jadi, hari-hari mendatang kita akan berada pada titik teratas...

HUJAN SORE INI





Aku benci hujan,
benci dengan kemalangan yang kualami jika hujan tiba.
Mengingat kembali peristiwa yang ingin kukubur dalam-dalam.
Kehilanganmu, di saat senja menjelang, hujan turun dengan deras.
Aku segera berlari menghindarinya,
namun rinaiannya yang tiada henti,
telah menyergapku tanpa ampun,
hingga kuterkepung dalam aromanya
aroma hujan, yang terkadang membuatku kangen.
Tapi dengan kenangan pahit itu,
telah membuatku bergegas menghindarinya.
Sampai seseorang menabrakku,
dia adalah sosok asing yang dikirim Tuhan
dari negeri Antar Berantah.
Aromanya mengingatkanku,
pada sebuah benda yang telah kusimpan dalam-dalam
pada sebuah kotak yang bernama: kenangan...

Only Hope


Mungkin yang tersisa hanya setitik harapan / mari genggam, agar tidak terjatuh / dalam beban hidup yang semakin berat / hanya ini yang tersisa, mari nikmati.
Hari baru, pagi baru / namun isinya sama saja / betapa susah menghirup udara segar di bumi pertiwi ini.
Mari nikmati segelas kopi pahit / karena ini yang masih tersisa / sebagai sumber energi / agar dapat menjalani hari dengan kekuatan hati. 
Sabarlah, karena kita masih ada sepotong asa / hanya ada harapan / harta berharga di rumah ini, yang kita miliki / tidak bisa kita gadaikan, di rumah pegadaian itu / ya sudahlah, kita simpan saja, dalam sebuah kotak kayu yang sudah usang...