Selasa, 06 Januari 2015

RUMAH KITA





Sebuah rumah tanpa jendela, tanpa ubin keramik.
Jika pagi, kita biarkan pintu terbuka lebar,
agar udara segar masuk, menyeruak isinya yang terasa pengap.
Rumah yang kala malam, hanya ditemani batangan lilin,
kita bisa memandangi kumpulan bintang kecil di pojok langit
dari pintu yang masih terbuka lebar,
mengundang laron-laron masuk untuk bersuka ria
di atas lilin-lilin kita.
Kita titipkan mimpi itu, pada bintang-bintang kecil itu,
mimpi tentang sepiring nasi pulen dengan hiasan lauk di atasnya
dan sebuah kasur empuk, tempat kita mereda asa.
Mari kita nikmati saja, secangkir kopi pahit tanpa sesendok gula,
mungkin saja, besok kita bisa menikmati potongan-potongan ubi hangat
sebagai energi kita menapaki hari yang semakin berat dijalani.
Namun kehidupan masih harus berputar,
mungkin saat ini kita masih ada di posisi terbawah,
namun bisa jadi, hari-hari mendatang kita akan berada pada titik teratas...

0 komentar:

Posting Komentar